Sebuah naskah sebuah drama
Lama gak bikin naskah cerita, gak tau ini bakalan bersambung atau enggak...
So, baca aja...
-----------------
Pagi itu, embun tetesan setelah hujan kemaren malam sangat terasa membasahi tanaman-tanaman yang belum disiram. Tasya berangkat ke sekolah baru dengan ceria, masa putih abu-abu telah datang kepadanya...
Sejenak sebelum memasuki kelas baru di masa putih abu-abu itu dia membuka pesan obrolan di hpnya, sebuah percakapan kecil antara dia dan 'anak lelaki itu' seseorang yang memperkenalkan diri untuk pertama kali kepada Tasya, di saat masa orientasi siswa baru, Adi.
Percakapan-percakapan kecil itu membuat Tasya tertawa kecil membacanya, kemudian tak lama bel pun berbunyi.
---
"Lu ketukel? Demi???" Teriakan Tasya lantas mengagetkan seluruh penjuru kantin, sekelompok siswa-siswi baru itu berkumpul untuk menghabiskan waktu istirahat dan mengisi perut mereka di tempat terluas satu-satunya di sekolah mereka yang orang-orang menyebutnya kantin.
"Woy berisik! Gua juga tau." Balas Mamat dengan sombongnya.
"Gua kagak nanya elu anjirr, gua nanya si Adi nih." Lanjut Tasya lagi.
"Iya, kenapa?" Jawab Adi.
"Gua waketukel di kelas gua. Hahahaha." Tawa Tasya menggelegar lagi ke seluruh penjuru kantin.
"Ihh, gua gak jadi apa-apa di kelas. Gapapa sih biar sans lebih merhatiin guru gitu. Hehe." Sorak Lia.
"Lah apa hubungannya jadi petugas kelas sama merhatiin guru dah?" Sahut Mamat.
"Au ah gelap, laper, lama amat sih pesanan kita." Jawab Lia.
"Bentar..bentar, gua ketukel, elu wakil, jangan-jangan kita..."
Tiba-tiba Adi menyambung percakapan kembali kepada Tasya.
"Apaa???" Sahut Tasya, Mamat dan Lia berbarengan karena penasaran.
"Jo..." Adi.
"Joo..??" Sahut Tasya, Mamat dan Lia lagi.
"Jomblo! Hahahaha" Adi tertawa menggelegar.
"Anjirrr... Dasar lu Di, kids zaman now!" Teriak Lia.
---
"Lagi apa?" Kata Adi di ruang obrolan percakapan dengan Tasya.
"Rebahan aja, alias gabut karena gaada pr, lu?" Jawab Tasya.
"Oh.. Baca komik nih, sama gaada pr juga." Adi.
"Eh, besok temenin gua dong...Mau gak?" Tasya.
"Boleh, kemana?" Adi.
"Ke toko buku, gremed, ya yaa, sekalian lama gak ngemall juga sih, ke plaza itu aja, kan deket sekolahan tuh, gua mau beli novel hehe." Tasya.
"Boleh, boleh sekalian makan bareng yakk.. Mau kan?" Adi.
"Wokehh, sip okee, sampai jumpa besokk Di." Tasya.
"Oke, gua lanjut baca dulu yaa, mending lu-nya tidur aja biar istirahat, night Sya." Adi.
"Night too." *plus sticker* Tasya.
---
Tiga bulan sudah kedekatan Tasya dan Adi, mereka selalu bersama-sama tak hanya berdua saja terkadang, bersama Mamat dan Lia juga.
Dan pada suatu waktu, masuklah satu anggota baru dari kelas Adi ke kehidupan mereka, anak perempuan bernama Tia.
Hingga itu Tasya merasa Adi telah berubah, tak seperti dulu, tak sehangat dulu, Tasya merasa bahwa dia dan Adi tidak hanya sekedar teman saja tetapi ada suatu ikatan yang terhubung antara keduanya yang pada fase ini mungkin diartikan bagi kebanyakan orang dewasa adalah 'cinta monyet'.
"Adiii....Cape nihh, numpang rebahan yaa." Bawel Tia.
"Emm.. yaudah deh nih, nih." Adi.
Tasya langsung menjauh, memilih kembali ke kelasnya, padahal dikala itu mereka berlima sedang berkumpul di taman sekolah yang merupakan markas bagi anggota dari mereka berlima.
"Loh Sya? Kenapa dah tuh anak? Gua mau balik kelas juga ah, males gaada Tasya. Hehe." Celoteh Lia.
"Kalau lu balik, gua balik kelas juga, males gaada lu pada, heueueu." Sambung Mamat.
"Lo kok pada pergi semua sih? Tinggal berdua dong?" Adi.
"Yaa.. Selamat berduaan. Dah!" Mamat.
---
"Coba deh lu pikir, dia tau kami tuh deket. Eh dianya jadi cewe kaya gitu. Gimana coba?" Ucap Tasya di sebuah percakapan obrolan dengan Lia.
"Tungguuu.. Yang lu maksud siapa nih? Tia sama Adi?" Tanya Lia yang tak memahami apa yang terjadi.
"Yaiyalah, siapa lagi?! Sumpah gua kesel banget. Gua bingung dah, Adi juga sekarang berubah gitu ke gua, mungkin mereka sekarang ada apa-apanya." Tasya.
"Lah, lu jangan asal nuduh gitu dong Sya, mereka kan sahabat kita, jangan sampai perasaan lu jadi pemecah persahabatan kita semua, kita dengerin dulu apa kata mereka berdua, yang sebenernya terjadi, kita harus kumpul." Lia.
"Gatau ah, gua males ketemu mereka berdua." Tasya.
"Pokoknya kita harus nyelesain masalah ini baik-baik, pokoknya gua gamau persahabatan kita hancur. Oke?" Lia.
"Ya..ya.." Tasya.
"Sya, gua mau curhat dong... Hehe..." Lia.
"Curhat apaan?" Tasya.
"Kemaren Mamat nembak gua, kami dah lama sih deket gitu, tapi gimana yaa... Gua masih belum jawab. Menurut lu gimana gua sama Mamat?" Lia.
"IHHH... Kalian cocok kok, gua setuju banget kalau kalian berdua jadian! Terima ajaa!" Tasya.
"Hmm.. Gua takutnya ujung-ujungnya diputusin Sya kayak di film-film gitu dan juga gini ya, gua takutnya cuma dijadiin pelampiasan sama si Mamat, lu inget kan dia masih bisa belum move on dari mantannya pas SMP yang katanya pacaran 3 tahun itu, gua tau dia sayang banget sama mantannya." Lia.
"Lah Li! Itu kan masa lalunya Mamat, siapa tau dia udah beneran move on? Kalian udah lama deketnya?" Tasya.
"Lumayan sih, kaya lu sama Adi juga lah, sekitar segitu." Lia.
"Yakin ajaa..." Tasya.
"Hmm.. Oke, thanks Sya." Lia.
---
*markas*
"Lu gimana sih, lu kan tau gua posisi lagi deket sama dia, lu sahabat gua apa bukan sih Ti? Kok lu gini banget? Gua tau, gua baca percakapan kalian di hpnya Adi. Lu manggil dia pake sayang-sayang gitu. Kalau kalian bukan sekedar teman, oke fine!" Ucap Tasya kepada Tia.
"Sya, Sya, sans Sya, hadapi dengan kepala dingin, tenang dulu." Ujar Lia menengahi.
"Loh? Lah kita semua kan sahabat, temen, lu juga bukan pacarnya, ngapain coba ngatur-ngatur, emang salah manggil sayang ke temen? Ya biasa aja kali ya sekarang manggil sayang ke temen atau sahabat gitu, emang sayang harus diucapin ke pacar doang?" Tia.
"Kok lu gak menghargai gua banget sih sebagai sahabat lu? Ih lu..." Tasya.
"Sstt.. Adi sama Mamat datang, mending kita denger dulu penjelasan Adi." Lia.
"Ada apaan nih?" Mamat.
"Di! Gua mau nanya, selama ini lu sama Tasya gimana, lu nganggep dia apa, sama Tia juga gimana?" Lia.
Tasya mencubit Lia yang terlalu ceplas-ceplos.
"Aww.. ihhh sakit." Lia.
"Lu gapapa Li?" Mamat.
"Iya, iya. Gak gitu sakit sih, eh Di jawab dong!" Lia.
"Jadi intinya kita semua mecah gara-gara hal kayak ginian doang? Mau tau soal perasaan gua ke Tasya gimana, ke Tia gimana? Yang kita ributin selama ini, cuma ini?" Adi.
"Udah ah jawab, ribet amat." Mamat.
"Emm... Gini ya, gua sama Tia cuma temen sekelas kok, gak lebih, kok kalian pikir macem-macem? Kita semua sahabatan kok, gua sama Tia sama kayak sama kalian juga, sahabat gua, tempat berbagi cerita, dan juga temen sekelas." Adi.
"Terus kalau cuma itu, kenapa sampe rebah-rebahan terus manggilnya sayang-sayang gitu di hp lu?" Tasya.
"Lah? Masalah rebahan itu ya gimana ya, elu sama Lia juga kalau mau ya oke, kan kita sahabatan, kasian dong temen kecapean gitu terus sayang-sayangan? Gua gak manggil sayang kok, gua juga tau Tia manggil gitu ya mungkin gaada maksud lebih, kita semua kan sahabatan gaada apa-apa." Adi.
"Terus ke Tasya? Gimana?" Lia.
"Gua sama Tasya itu temen curhat, jalan, makan dan sahabatan kayak sama kalian juga. Intinya kita cuma temen kok dan kita semua sahabatan. Ngerti?" Adi.
"Loh? Kalian gaada perasaan lebih-lebih gitu? Bukannya kalian udah so sweet banget, dulu kemana-mana berdua, sampe anak sekolah pada bilang eh kapel lewat tuh lewat." Lia.
"Kenyataannya cuma sahabatan ya kenapa? Sya, lu marah karena hal ini? Lu kenapa jadi ngatur-ngatur dan posesif gini, gua nganggep kita semua sahabatan." Adi.
"Oh, yaudah, cukup tau sih." Tasya.
"Sya, are you ok?" Mamat.
"Yes, I'm very very ok kok. Sans." Tasya.
"Yaudah, kelar kan? Jangan ada berantem-berantem lagi." Adi pun pergi meninggalkan markas diikuti Tia yang kembali ke kelas.
Tasya menangis sesenggukan, Mamat dan Lia mencoba menghiburnya, setelah agak tenang Tasya pun bertanya...
"Kalian jadian?"
"Kami cuma temen kok, kita semua sahabatan, inget kata Adi. Ok?" Jawab Mamat.
Rasa kekecewaan tumbuh dihati Lia, kemudian Mamat izin pergi ke kelas duluan.
Tasya dan Lia saling bercerita...
"Apa semua cowok kayak gini sih Sya? Gua udah ngikutin saran lu, nerima dia, tapi dia cuma nganggep gua temen doang? Apa salahnya sih bilang yang sebenernya ke sahabat kita, kenapa perlu dirahasiain coba? Dia cuma mau nyakitin gua aja kali ya... Kecewa gua Sya." Lia.
"Seenggaknya lu gak kayak gua Li, yang cuma di friendzone doang, meski dia bilang cuma temen tapi kalian kan dah pasti, dah jadian, gua tau itu sakit, tapi sakit mana lagi sama gua, dia bilang cuma temen Li. Apa bener dia jujur?" Tasya.
"Lah, lantas apa bedanya Sya? Dia gak nganggap gua dong berarti, buat apa coba sembunyi-sembunyi segala. Apa kita masih terlalu kecil untuk memahami semua kerumitan ini?" Lia.
"Ntahlah Li, maybe, kita fokus ke masa depan kita aja, okelah tetep sahabatan, temenan, paling engga kita tau Li, pernah ngerasain sakit hati buat jadi pengalaman kedepannya. It's ok, kita harus tetep jalani hidup, tetep maju, suatu hari nanti pangeran yang asli bakal bener-bener datang kok. Bukan sekarang, tapi nanti disaat kita udah, bener kita masih kecil, masih sekolah, fokus masa depan dulu." Tasya.
"Jadi sebaiknya gua sama Mamat gimana Sya? Apa gua putusin aja dia?" Lia.
"Keputusan ada di dalam hati lu Li, kalau dia menyakiti lu seperti tadi, mending putus aja, tapi semua keputusan gua serahin ke elu. Gatau juga kan kalau hati lu belum rela kehilangan dia dan mungkin suatu saat dia bisa berubah. Tapi gua gak mau lu sakit, mending lu tinggalin aja, tapi jangan merusak persahabatan kita semua seperti kata Adi." Tasya.
"Thanks Sya sarannya, gua mau nanya hati gua dulu maunya gimana, mau mikirin mateng-mateng, kayaknya gua kasih dia 1 kesempatan lagi, kalau tetep gak jujur sama orang-orang dan nyakitin gua, yaudah..." Lia.
Tak lama setelah itu, hujan turun, mereka berdua pun menikmati tetesan hujan yang turun dari markas tersebut, membiarkan tetesan-tetesan kenangan-kenangan menyakitkan berjatuhan membasahi bumi...
-FIN-
-----------
Gatau mau nyambung atau engga._. Tapi w males wkwk, namanya juga naskah suka-suka si pengarang, hehehe, ngetik ginian aja hampir sejam, ide cerita? Hmm... Mohon maaf apabila unsur nama, waktu, tempat, cerita ada kesamaan bla bla blaa.. niru kutipan yang biasanya ada di Sinetron Indonesia.
Namanya juga cerpen, cerita pendek ya males kalau ada sambungannya...
Tapi gatau juga sih kalau mood ya mungkin ada.
Kalau ada yang menambahkan ide cerita, oke...
So, baca aja...
-----------------
Pagi itu, embun tetesan setelah hujan kemaren malam sangat terasa membasahi tanaman-tanaman yang belum disiram. Tasya berangkat ke sekolah baru dengan ceria, masa putih abu-abu telah datang kepadanya...
Sejenak sebelum memasuki kelas baru di masa putih abu-abu itu dia membuka pesan obrolan di hpnya, sebuah percakapan kecil antara dia dan 'anak lelaki itu' seseorang yang memperkenalkan diri untuk pertama kali kepada Tasya, di saat masa orientasi siswa baru, Adi.
Percakapan-percakapan kecil itu membuat Tasya tertawa kecil membacanya, kemudian tak lama bel pun berbunyi.
---
"Lu ketukel? Demi???" Teriakan Tasya lantas mengagetkan seluruh penjuru kantin, sekelompok siswa-siswi baru itu berkumpul untuk menghabiskan waktu istirahat dan mengisi perut mereka di tempat terluas satu-satunya di sekolah mereka yang orang-orang menyebutnya kantin.
"Woy berisik! Gua juga tau." Balas Mamat dengan sombongnya.
"Gua kagak nanya elu anjirr, gua nanya si Adi nih." Lanjut Tasya lagi.
"Iya, kenapa?" Jawab Adi.
"Gua waketukel di kelas gua. Hahahaha." Tawa Tasya menggelegar lagi ke seluruh penjuru kantin.
"Ihh, gua gak jadi apa-apa di kelas. Gapapa sih biar sans lebih merhatiin guru gitu. Hehe." Sorak Lia.
"Lah apa hubungannya jadi petugas kelas sama merhatiin guru dah?" Sahut Mamat.
"Au ah gelap, laper, lama amat sih pesanan kita." Jawab Lia.
"Bentar..bentar, gua ketukel, elu wakil, jangan-jangan kita..."
Tiba-tiba Adi menyambung percakapan kembali kepada Tasya.
"Apaa???" Sahut Tasya, Mamat dan Lia berbarengan karena penasaran.
"Jo..." Adi.
"Joo..??" Sahut Tasya, Mamat dan Lia lagi.
"Jomblo! Hahahaha" Adi tertawa menggelegar.
"Anjirrr... Dasar lu Di, kids zaman now!" Teriak Lia.
---
"Lagi apa?" Kata Adi di ruang obrolan percakapan dengan Tasya.
"Rebahan aja, alias gabut karena gaada pr, lu?" Jawab Tasya.
"Oh.. Baca komik nih, sama gaada pr juga." Adi.
"Eh, besok temenin gua dong...Mau gak?" Tasya.
"Boleh, kemana?" Adi.
"Ke toko buku, gremed, ya yaa, sekalian lama gak ngemall juga sih, ke plaza itu aja, kan deket sekolahan tuh, gua mau beli novel hehe." Tasya.
"Boleh, boleh sekalian makan bareng yakk.. Mau kan?" Adi.
"Wokehh, sip okee, sampai jumpa besokk Di." Tasya.
"Oke, gua lanjut baca dulu yaa, mending lu-nya tidur aja biar istirahat, night Sya." Adi.
"Night too." *plus sticker* Tasya.
---
Tiga bulan sudah kedekatan Tasya dan Adi, mereka selalu bersama-sama tak hanya berdua saja terkadang, bersama Mamat dan Lia juga.
Dan pada suatu waktu, masuklah satu anggota baru dari kelas Adi ke kehidupan mereka, anak perempuan bernama Tia.
Hingga itu Tasya merasa Adi telah berubah, tak seperti dulu, tak sehangat dulu, Tasya merasa bahwa dia dan Adi tidak hanya sekedar teman saja tetapi ada suatu ikatan yang terhubung antara keduanya yang pada fase ini mungkin diartikan bagi kebanyakan orang dewasa adalah 'cinta monyet'.
"Adiii....Cape nihh, numpang rebahan yaa." Bawel Tia.
"Emm.. yaudah deh nih, nih." Adi.
Tasya langsung menjauh, memilih kembali ke kelasnya, padahal dikala itu mereka berlima sedang berkumpul di taman sekolah yang merupakan markas bagi anggota dari mereka berlima.
"Loh Sya? Kenapa dah tuh anak? Gua mau balik kelas juga ah, males gaada Tasya. Hehe." Celoteh Lia.
"Kalau lu balik, gua balik kelas juga, males gaada lu pada, heueueu." Sambung Mamat.
"Lo kok pada pergi semua sih? Tinggal berdua dong?" Adi.
"Yaa.. Selamat berduaan. Dah!" Mamat.
---
"Coba deh lu pikir, dia tau kami tuh deket. Eh dianya jadi cewe kaya gitu. Gimana coba?" Ucap Tasya di sebuah percakapan obrolan dengan Lia.
"Tungguuu.. Yang lu maksud siapa nih? Tia sama Adi?" Tanya Lia yang tak memahami apa yang terjadi.
"Yaiyalah, siapa lagi?! Sumpah gua kesel banget. Gua bingung dah, Adi juga sekarang berubah gitu ke gua, mungkin mereka sekarang ada apa-apanya." Tasya.
"Lah, lu jangan asal nuduh gitu dong Sya, mereka kan sahabat kita, jangan sampai perasaan lu jadi pemecah persahabatan kita semua, kita dengerin dulu apa kata mereka berdua, yang sebenernya terjadi, kita harus kumpul." Lia.
"Gatau ah, gua males ketemu mereka berdua." Tasya.
"Pokoknya kita harus nyelesain masalah ini baik-baik, pokoknya gua gamau persahabatan kita hancur. Oke?" Lia.
"Ya..ya.." Tasya.
"Sya, gua mau curhat dong... Hehe..." Lia.
"Curhat apaan?" Tasya.
"Kemaren Mamat nembak gua, kami dah lama sih deket gitu, tapi gimana yaa... Gua masih belum jawab. Menurut lu gimana gua sama Mamat?" Lia.
"IHHH... Kalian cocok kok, gua setuju banget kalau kalian berdua jadian! Terima ajaa!" Tasya.
"Hmm.. Gua takutnya ujung-ujungnya diputusin Sya kayak di film-film gitu dan juga gini ya, gua takutnya cuma dijadiin pelampiasan sama si Mamat, lu inget kan dia masih bisa belum move on dari mantannya pas SMP yang katanya pacaran 3 tahun itu, gua tau dia sayang banget sama mantannya." Lia.
"Lah Li! Itu kan masa lalunya Mamat, siapa tau dia udah beneran move on? Kalian udah lama deketnya?" Tasya.
"Lumayan sih, kaya lu sama Adi juga lah, sekitar segitu." Lia.
"Yakin ajaa..." Tasya.
"Hmm.. Oke, thanks Sya." Lia.
---
*markas*
"Lu gimana sih, lu kan tau gua posisi lagi deket sama dia, lu sahabat gua apa bukan sih Ti? Kok lu gini banget? Gua tau, gua baca percakapan kalian di hpnya Adi. Lu manggil dia pake sayang-sayang gitu. Kalau kalian bukan sekedar teman, oke fine!" Ucap Tasya kepada Tia.
"Sya, Sya, sans Sya, hadapi dengan kepala dingin, tenang dulu." Ujar Lia menengahi.
"Loh? Lah kita semua kan sahabat, temen, lu juga bukan pacarnya, ngapain coba ngatur-ngatur, emang salah manggil sayang ke temen? Ya biasa aja kali ya sekarang manggil sayang ke temen atau sahabat gitu, emang sayang harus diucapin ke pacar doang?" Tia.
"Kok lu gak menghargai gua banget sih sebagai sahabat lu? Ih lu..." Tasya.
"Sstt.. Adi sama Mamat datang, mending kita denger dulu penjelasan Adi." Lia.
"Ada apaan nih?" Mamat.
"Di! Gua mau nanya, selama ini lu sama Tasya gimana, lu nganggep dia apa, sama Tia juga gimana?" Lia.
Tasya mencubit Lia yang terlalu ceplas-ceplos.
"Aww.. ihhh sakit." Lia.
"Lu gapapa Li?" Mamat.
"Iya, iya. Gak gitu sakit sih, eh Di jawab dong!" Lia.
"Jadi intinya kita semua mecah gara-gara hal kayak ginian doang? Mau tau soal perasaan gua ke Tasya gimana, ke Tia gimana? Yang kita ributin selama ini, cuma ini?" Adi.
"Udah ah jawab, ribet amat." Mamat.
"Emm... Gini ya, gua sama Tia cuma temen sekelas kok, gak lebih, kok kalian pikir macem-macem? Kita semua sahabatan kok, gua sama Tia sama kayak sama kalian juga, sahabat gua, tempat berbagi cerita, dan juga temen sekelas." Adi.
"Terus kalau cuma itu, kenapa sampe rebah-rebahan terus manggilnya sayang-sayang gitu di hp lu?" Tasya.
"Lah? Masalah rebahan itu ya gimana ya, elu sama Lia juga kalau mau ya oke, kan kita sahabatan, kasian dong temen kecapean gitu terus sayang-sayangan? Gua gak manggil sayang kok, gua juga tau Tia manggil gitu ya mungkin gaada maksud lebih, kita semua kan sahabatan gaada apa-apa." Adi.
"Terus ke Tasya? Gimana?" Lia.
"Gua sama Tasya itu temen curhat, jalan, makan dan sahabatan kayak sama kalian juga. Intinya kita cuma temen kok dan kita semua sahabatan. Ngerti?" Adi.
"Loh? Kalian gaada perasaan lebih-lebih gitu? Bukannya kalian udah so sweet banget, dulu kemana-mana berdua, sampe anak sekolah pada bilang eh kapel lewat tuh lewat." Lia.
"Kenyataannya cuma sahabatan ya kenapa? Sya, lu marah karena hal ini? Lu kenapa jadi ngatur-ngatur dan posesif gini, gua nganggep kita semua sahabatan." Adi.
"Oh, yaudah, cukup tau sih." Tasya.
"Sya, are you ok?" Mamat.
"Yes, I'm very very ok kok. Sans." Tasya.
"Yaudah, kelar kan? Jangan ada berantem-berantem lagi." Adi pun pergi meninggalkan markas diikuti Tia yang kembali ke kelas.
Tasya menangis sesenggukan, Mamat dan Lia mencoba menghiburnya, setelah agak tenang Tasya pun bertanya...
"Kalian jadian?"
"Kami cuma temen kok, kita semua sahabatan, inget kata Adi. Ok?" Jawab Mamat.
Rasa kekecewaan tumbuh dihati Lia, kemudian Mamat izin pergi ke kelas duluan.
Tasya dan Lia saling bercerita...
"Apa semua cowok kayak gini sih Sya? Gua udah ngikutin saran lu, nerima dia, tapi dia cuma nganggep gua temen doang? Apa salahnya sih bilang yang sebenernya ke sahabat kita, kenapa perlu dirahasiain coba? Dia cuma mau nyakitin gua aja kali ya... Kecewa gua Sya." Lia.
"Seenggaknya lu gak kayak gua Li, yang cuma di friendzone doang, meski dia bilang cuma temen tapi kalian kan dah pasti, dah jadian, gua tau itu sakit, tapi sakit mana lagi sama gua, dia bilang cuma temen Li. Apa bener dia jujur?" Tasya.
"Lah, lantas apa bedanya Sya? Dia gak nganggap gua dong berarti, buat apa coba sembunyi-sembunyi segala. Apa kita masih terlalu kecil untuk memahami semua kerumitan ini?" Lia.
"Ntahlah Li, maybe, kita fokus ke masa depan kita aja, okelah tetep sahabatan, temenan, paling engga kita tau Li, pernah ngerasain sakit hati buat jadi pengalaman kedepannya. It's ok, kita harus tetep jalani hidup, tetep maju, suatu hari nanti pangeran yang asli bakal bener-bener datang kok. Bukan sekarang, tapi nanti disaat kita udah, bener kita masih kecil, masih sekolah, fokus masa depan dulu." Tasya.
"Jadi sebaiknya gua sama Mamat gimana Sya? Apa gua putusin aja dia?" Lia.
"Keputusan ada di dalam hati lu Li, kalau dia menyakiti lu seperti tadi, mending putus aja, tapi semua keputusan gua serahin ke elu. Gatau juga kan kalau hati lu belum rela kehilangan dia dan mungkin suatu saat dia bisa berubah. Tapi gua gak mau lu sakit, mending lu tinggalin aja, tapi jangan merusak persahabatan kita semua seperti kata Adi." Tasya.
"Thanks Sya sarannya, gua mau nanya hati gua dulu maunya gimana, mau mikirin mateng-mateng, kayaknya gua kasih dia 1 kesempatan lagi, kalau tetep gak jujur sama orang-orang dan nyakitin gua, yaudah..." Lia.
Tak lama setelah itu, hujan turun, mereka berdua pun menikmati tetesan hujan yang turun dari markas tersebut, membiarkan tetesan-tetesan kenangan-kenangan menyakitkan berjatuhan membasahi bumi...
-FIN-
-----------
Gatau mau nyambung atau engga._. Tapi w males wkwk, namanya juga naskah suka-suka si pengarang, hehehe, ngetik ginian aja hampir sejam, ide cerita? Hmm... Mohon maaf apabila unsur nama, waktu, tempat, cerita ada kesamaan bla bla blaa.. niru kutipan yang biasanya ada di Sinetron Indonesia.
Namanya juga cerpen, cerita pendek ya males kalau ada sambungannya...
Tapi gatau juga sih kalau mood ya mungkin ada.
Kalau ada yang menambahkan ide cerita, oke...
Komentar
Posting Komentar